Paus Yohanes Paulus II
Sebagai Paus non-Italia pertama di lebih dari 450 tahun, dia kemudian menjadi salah satu wajah yang paling dikenal di dunia, mengunjungi lebih dari 120 negara dalam masa perpuluhan 27 tahun yang membuatnya mendapatkan reputasi sebagai pejuang kemerdekaan internasional. Dia meninggal pada usia 84 tahun pada tahun 2005 setelah sakit panjang. Dia dibeatifikasi – langkah kedua dari awal menuju kesucian – di tahun 2011.
Dunia telah mengenalnya sebagai orang yang sangat memberi perhatian khusus untuk Bunda Kita, Maria. Sebuah monumen untuk menghormati Paus Yohanes Paulus II dibangun di dalam kompleks graha. Patung Paus Yohanes Paulus II ditempatkan di depan monumen, dan komposisi sederhananya sesuai dengan kepribadian paus yang dikenal dengan sikap sederhana terhadap orang-orang.
Monumen tersebut diisi dengan lukisan saat Paus Yohanes Paulus II datang ke Medan, Indonesia pada tanggal 13 Oktober 1989.
Bangunan monumen ini memiliki sebuah cerita. Pengasuh, warga negara China, keluarga dari Singapura, yang merupakan donatur tunggal terbesar untuk dana pembangunan Graha Maria, telah mengunjungi Graha pada tahun 2004 bersama keluarga tersebut. Dia sangat terkesan dengan Graha dan merasakan sebuah panggilan dari dalam untuk menjadi seorang Katolik. Dia kemudian dibaptis di Graha dan diberi nama Theresa Yap Lian Ho. Setelah kematiannya, keluarga tersebut mengetahui bahwa dia memiliki, dalam kehendaknya, mewariskan seluruh tabungannya sebesar USD 30.000 ke Graha Maria. Uang ini datang tepat waktu dan digunakan untuk mendanai pembangunan monumen. Sebuah plakat apresiasi ditempatkan di monumen untuk menghormati Madam Teresa Yap Lian Ho.
Video – Kenangan Abadi Kunjungan Bapa Suci Yohanes Paulus II ke Indonesia
Sri Paus Johanes Paulus II mengunjungi Indonesia selama lima hari, dari tanggal 8-12 Oktober 1989, dengan menyinggahi Jakarta, Jogjakarta, Maumere (Flores), Medan dan juga Dili (Timor Timur). Dalam kunjungan itu Sri Paus memimpin Misa Agung dan berdialog langsung dengan lebih dari satu juta orang.
Misa Agung pertama berlangsung di Stadion Utama Senayan, kini Gelora Bung Karno, Jakarta, dihadiri lebih-kurang 120 ribu umat Katolik dari Keuskupan Agung Jakarta, Keuskupan Bogor, Bandung dan Purwokerto. Di Jogjakarta, Misa Agung dihadiri 250 ribu umat dari Keuskupan Agung Semarang, Keuskupan Surabaya, dan Keuskupan Malang. Kemudian Misa Agung di Maumere dihadiri sekitar 300 ribu umat Katolik dari Flores dan di Medan lebih dari 100 ribu umat.
Di Dili (Timor Timur – waktu itu masih provinsi ke 27 Indonesia) dihadiri 400 ribu umat.
Selain itu, Sri Paus juga mengadakan pertemuan khusus dengan kaum awam dan cendekiawan Katolik Indonesia di kampus Universitas Atma Jaya, Jakarta dimana beliau bertatap muka dan memberikan pesan-pesan kegembalaan kepada mereka, dan meresmikan gedung baru “Karol Wojtyla”.
Taman Miniatur Anak-Anak Betlehem
Di sebelah kanan monumen adalah taman anak-anak yang menampilkan miniature Betlehem. Gambar Yesus dengan anak-anak diperlihatkan dengan jelas. Kita semua tahu bahwa Yesus sangat mengasihi anak-anak.
Bagian Alkitab yang merujuk pada hal ini adalah Markus 10:13-16. Orang-orang membawa anak-anak kecil kepada Yesus agar dia menyentuhnya, namun para murid menegur mereka. Ketika Yesus melihat ini, dia marah. Dia berkata kepada mereka,
“Biarkan anak-anak kecil datang kepadaku, dan jangan menghalangi mereka, karena kerajaan Allah milik orang-orang seperti ini. Saya mengatakan yang sebenarnya, siapapun yang tidak akan menerima kerajaan Allah seperti anak kecil tidak akan pernah masuk ke dalamnya. Dan dia membawa anak-anak itu ke dalam pelukannya, meletakkan tangannya ke atas mereka dan memberkati mereka”.
Anak-anak dari segala umur akan menikmati area spesial ini dan merupakan tempat yang sempurna bagi anak-anak muda untuk beribadah, mengenal dan melayani Tuhan.